"Indonesia
adalah Negara Marlboro Baru"
Untuk orang barat seperti saya, melangkah turun dari pesawat
di Indonesai, terasa seperti mundur dalam waktu. Semua iklan yang kita lewati
dipilar-pilar bandara ini adalah iklan untuk rokok. Gencaran iklan-iklan rokok
baru dapat dirasakan di jalanan. Cara marketing yang sudah banyak hilang di
negara-negara barat, sekarang menyelimuti indonesia.
Di kamar hotel, saya
hidupkan tv dan untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya melihat iklan
rokok. Setelah itu saya lihat beberapa lagi. Iklan-iklan yangmenghubungkan
rokok dengan gambaran kebebasan, petualang dan paling banyak, gaya kaum muda.
Iklan-iklan rokok yang melimpah tidak hanya ditemukan di ibu
kota Jakarta saja. Bahkan dijalan berdebu desa-desa kecil. Ini satu-satunya
aspek pemandangan indonesia yang selalu ada. Rudi Baihaqi bekerja untuk lemabag
perlindungan anank di Sumatera, ditempay yang sama anak ini merokok. Dimana
banyak orang melihat faktor humor waktu Aldi Rizal merokok seprti seorang
profesional, Rudi sangat terkejut dan dia segera pergi kedesa dimana video tersebut
dibuat.
Untuk industri tembakau, indonesia menawarkan wilayah baru
yang subur dan sangta menarik. Dengan peraturan pemrintah yang sdikit atau
tidak ada untuk industri tembakau, Indonesia adalah negara Marlboro yang baru
Indonesia adalah negara terpadat ke empat didunia, tempat
tinggal 240 juta jiwa, dan banyak cinta sepak bola dan rokok.tujuh puluh persen
pria disini merokok, dan kita tidak harus susah-susah mencari alasaannya. Di negara
dimana sepak bola adalah raja, tim Nasional mereka secara resmi disponsori oleh
Djarum, salah satu indsutri pembuat roko terbesar. Dan itu hanya mulanya
“seperti yang anda lihat, ini dalah salah satu jalan paling
padat di Jakarta. Dan itu adalah spanduk besar untuk promosi”. Jadi layar LCD
ini hanya memainkan iklan rokok 24 jam sehari ? Ya, dan anda dapat lihat
permainan skateboard dan anda akan lihat betapa kerennya jika anda memilikinya.
Snowboarding, tidak ada salju di Indonesia. Dan itu konser yang mereka danai. Kalau
bukan untuk orang muda, untuk siapa lagi...?
Ita rahma, besar di desa miskin diluar Jakarta. Pertama kali
dia melihat peringatan bahaya rokok adalah sebagai mahasiswa berumur dua
puluhan di Australia. Sebagai salah satu dari kelompok kecil pengawas tembakau.
Dia menghadapi pekerjaan yang hampir tak dapat ditanggulangi di Indonesia. Bebas
dari banyak peraturan dan restriksi yang menghambat usaha mereka di barat. Cara
marketing agresif Industri tembakau di tempat seperti ini tentu saja
mendapatkan hasil. Satu dari empat pemuda diantara umur tida belas dan lima belas,
merokok...
bersambung... (3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar