Jumat, 03 Februari 2012

Kal Ho Na Ho

Apa yang ada dalam pikiran anda saya mengatakan lagu india ?, saya bisa tebak anda akan mengatakan “goyangnya, trus kaga tahan lihat pohon-pasti langsung joget sambil muter-muter, mendadak bajunya berubah-ga tahu gantinya kapan dan dimana”, that’s way saya tidak suka musik india. Tapi itu bukan harga mati, ada “produk” india yang masih saya suka, Three Idiots dan satu lagu berjudul Kal Ho Na Ho.

Terjemahan bebas Kal Ho Na Ho kurang lebih, may never come tomorrow. Bercerita tentang “ambil kesempatan itu”, karena besok mungkin tidak datang. Tapi lagu ini urusanya tentang cinta. But saya tidak akan bahas cinta. Saya suka lagi ini bukan karena liriknya, tapi karena lagu ini tidak sengaja menjadi teman selama perjalanan Samarinda – Balikpapan menyusuri jalur timur samboja. Trus satu lagi, memperkuat affirmasi mengelilingi kebun sawit milik pribadi seluas 100 Ha di Ogan Komering Ilir Sumsel dengan Pajero Sport Dakar. Aminnn...


Selama berkantor di Balikpapan, cabang Samarinda adalah kantor yang sering saya kunjungi karena hanya 3 jam via darat dengan mobil pribadi. Rute Balikpapan – Samarinda atau sebaliknya bisa kita tempuh melalui 2 jalur yang berbeda, via Jl. MT Haryono langsung ke Taman Nasional Bukit Suharto atau Via Jl. Mulawarman tembus Palaran.
Perjalanan sore menuju Balikpapan setelah mengunjungi cabang Samarinda. Bosan dengan jalur biasa Balikpapan-Samarinda via bukit Suharto, saya ingin coba Jalur Lain. Jembatan Mahakam belok kiri via palaran, sanga sanga,handil,senipah,samboja dan Balikpapan. Lets get lost, ini adalah perjalanan kedua via rute ini, lupa ingat.

Usai shalat ashar, bersiap meninggalkan Kantor Cabang Samarinda. Sore itu Samarinda diguyur hujan deras, dan bisa ditebak jalanan Samarinda segera berubah menjadi “selokan”.  Menyusuri Jl. M Yamin, belok kanan depan Mall Lembu swana ke arah Jl. Pembangunan, sampai Jl. Antasari  dan masuk DAS Sungai Mahakam, semuanya tergenang, Masuk Jl. Slamet Riyadi genangan semakin tinggi karena Air Sungai Mahakam meluap. Episode macet dimulai, selain karena genangan air, macet ini disebabkan oleh penyempitan jalur di jembatan Mahakam.

Kota Samarinda dibelah oleh Sungai Mahakam ada Samarinda dan Samarinda sebrang. Samarinda merupakan pusat ekonomi, pemerintahan dan pendidikan. Tidak heran jika pertumbuhannya sangat cepat. Berbeda dengan Samarinda seberang yang agak lambat pertumbuhunanya. Dua Samarinda ini dihubungkan oleh 2 jembatan utama, Jembatan Mahakam dan Jembatan Mahulu. Jembatan Mahakam merupakan jembatan utama karena langsung mengakses pusat kota. Sedang jembatan Mahulu kurang optimal karena terletak jauh dipinggir kota didaerah Loa Buah dan Loa Kulu. Walaupun sebenarnya jembatan Mahulu dimaksudkan untuk mengurangi beban Jembatan Mahakam yang dibangun tahun 1987. Jembatan mahakam tercatat sdh delapan kali di tabrak oleh ponton batu bara, sehingga kemampuannya sdh aga menurun.

Melintasi jembatan Mahakam, lalu lalang tug boat menarik ratusan ton batu bara yang dikeruk dari perut bumi Kaltim. Inilah salah satu emas hitam yang membuat makmur Kaltim, walaupun sebenarnya kemakmuran belum milik semua orang di Kaltim. Seteloh lolos dari jebakan macet jembatan Mahakam, kita ambil jalur kiri menuju Palaran. Karena rute ini bukan rute utama menuju Balikpapan maka jalanannya pun tidak sebagus via Taman Nasional Bukit Suharto. Meninggalkan kota samarinda menuju palaran kita langsung disambut oleh jalan beraspal yang lubang disana-sini. Kerusakan jalan di Kaltim cukup cepat, karena hampir setiap hari dilalui oleh truk-truk bertonase besar pengangkut batu bara. Kontur jalanan berkelok, menanjak dan menurun dan hanya dua jalur. Dibeberapa titik jalanan rusak parah, namun beberapa titik masih bagus dengan jalanan aspal dan beton. 

Melalui rute ini kita akan menemui beberapa site penambangan batu bara, hutan, area operasi Total Indonesie. Rasio rumah penduduk dan hutan relatif berimbang. Selain rumah penduduk dan hutan, sepanjang jalur ini kita akan menemukan beberapa areal tambang batu bara denga luas ratusan hektar. Kondisi jalan berbanding lurus dengan keberadaan tambang-tambang ini. Memasuki samboja jalanan lurus dengan kondisi aspal cukup bagus. Kita bisa memacu kecepatan mobil sampai dengan 100 km/jam.

Ini beberapa view yang sempat saya ambil selama perjalanan












Perjalanan saya tempuh hampir 5 jam. Maklum salah perhitungan, perasaan sudah dekat dengan Balikpapan, ternyata saat melihat boardsign, ternyata balikpapan masih 60 Km lagi. Saatnya tancap gas, dan syahrukh khan masih menemani saya dalam mobil dengan Kal Ho Na Ho –nya.

Har ghadi badal rahi hai roop zindagi,
chhaaon hai kabhi kabhi hai dhoop zindagi,
har pal yahan jeebhar jiyo,
Joi sa ma ,
Kal Ho Na Ho

2 komentar:

  1. ahaha! indiahe niy.. 3 idiots, sukasangat! give me some rain, gime some sunshine.. ;d

    Jl. M. Yamin, baru bgt baca juga di blog yg bercerita ttg kenangan bersama Alm. ust, Nurhuda Trisula. ada sekre Kammi di sana *duluuu ;d

    *OOT niy, hehe

    BalasHapus
  2. he he, rahasia yang bukan rahasia... tp bukan addicted
    yup Ust Nurhuda jg sering di Jl. M Yamin, karena markaz dakwahnya memang disana

    BalasHapus