Rabu, 20 Juni 2012

VANGUARD - Sex, Lies and Cigarettes (3)

 
“Industri tembakau selalu berfikir bahwa pemerintah cepat atau lambat, akan membuat perarturan baru. Jadi mereka selalu mengantisipasi dari permulaan untuk menginvestasikan di golongan muda dengan cara memakaikan brand mereka dan menyandukan nikotin. “


Dialog dengan sekelompok pelajar SMU:
sudah berapa lama kalian merokok?”.
“Tiga Tahun lalu”.
“jadi waktu kalian umur 13 ?”
“Iya”.
“jadi kalian semua mulai merokok pada usia 13. Rokok apa yang kalian pakai ?”.
“Sampoerna Milds. Marlboro”
“orang seperti apa yang merokok Sampoerna Mild?”.
“Anak muda”.
“Kenapa Kalian merokok Marlboro?”
“because I am a Cowboy, wkwkwkwk (karena saya adalah seorang cowboy)” (sambil tertawa)
“OK, jadi kita punya pria Marlboro disini”.

 
....................
Faktanya adalah siapa saja dapat membeli, bahkan anak kecil. Anak kecil dapat membeli sebatang rokok dimana saja dengan mudah. Para pedagang menjual rokok batangan dengan harga 5 sen per batang. 


Dialog dengan pejual rokok :
“siapa yang membeli rokok ini ?,”.
“Ya... anak-anak muda, anak-anak sekolah”
...................
Dialog dengan Ita Rahma :


“Apakah anda mau lihat sekolahnya..?”
“Iya..”
“Itu papan nama sekolah dan disini tempat jual rokoknya.”
“Tidak ada orang keberatan tentang hal ini..?”
“Tidak.”

Di Amerika serikat demikian juga negara yang lain, menjual produk-produk tembakau pada anak dibawah 18 tahun adalah ilegal. Di indonesia tidak ada peraturan seperti itu.

Kalau ada anak SD merokok, atinya tidak ada pengawasan
Kalau ada anak usia 5 tahun merokok, artinya tidak ada pengawasan.
Kalau ada anak bayi merokok, artinya tidak ada penawasan
Kita harus melakukan sesuatu.

.....
Rabu malam, saya menuju konser Flo’Rida. Ribuan pemuda berkumpul di stadion yang iklan rokok ada dimana-mana. Di panggung, rapper Amerika Flo’Rida memukau. Flo’Rida sekarang adalah salah satu dari banyak artis international yang mendapatkan ribuan dollar dengan membuat pertunjkan untuk industri tembakau. The Black Ayed Peas, Smasing Pumpkins, Muse, Slash, mereka semua pernah bermain di Indonesia dan dibayar dengan uang dari rokok.

Orang ini dapat dipanggil Don Drappernya Indonesia. Akhir-akhir ini, Masli, Mengajar periklanan di Universitas Lokal. Tapi selama bertahun-tahun dia bekerja untuk Industri tembakau terbesar Amerika: Philip Morris. Mejalankan kampanye iklan Marlboro di Indonesia.

“Industri tembakau selalu berfikir bahwa pemerintah cepat atau lambat, akan membuat perarturan baru. Jadi mereka selalu mengantisipasi dari permulaan untuk menginvestasikan di golongan muda dengan cara memaikan brand mereka dan menyandukan nikotin. “

Dua puluh tahun yang lalu di Amerika, karena menanggapi tekanan masyarakat yang meningkat. Industri tembakau berjanji untuk berhenti mentargetkan anak dibawah umur. Bahkan menghilangkan dua maskot mereka yang paling dicintai.

Hilanglah Joe Camel, karakter kartun yang tertuduh iktu mentarget konsumen muda. Dan mungkin paling menarik, setelah lebih dari 40 tahun bekerja, Philip Morris memensiunkan ikon Marlboro Man. 




Tapi Masli berterus terang tentang siapa yang industri tembakau target di Indonesia.
“sebagai bekas pembuat iklan yang pernah bekerja untuk Philip Morris, siapakh target utama anda..?”
“Kaum Muda”.
“Umur Berapa?”
“bisa dikatakan, yang tidak resmi, 14 tahun ke atas. Resminya 18 tahun keatas.
OK, tapi tidak resminya, 14 tahun keatas. Ya
Ya tidak resminya, anda mengerti maksud saya bukan?

Pada tahun 2005, orang-orang Marlboro di Philip Morris membayar sekitar 5 Milyar dollar untuk membeli salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, Sampoerna. Sejak saat itu prioritas utama Philip Morris adalah mempromosikan A-Mild brand milik Sampoerna dengan moto mereka yang tidak terlalu halus “Go Ahead”. 



Philip Morris sekarang mengeluarkan lebih dari 200 juta dollar per tahun untuk pemasaran di Indonesia. Menurut perusahaan itu, tidak satu dollar pun akan dialokasikan untuk memikat perokok muda. 

Dialog : Anne Edwards, Spokesperson, Philip Morris Internasional


“Pada bagian cara pemasaran di website anda, dikatakan bahwa kami tidak memasarakan kepada anak-anak atau memakai gamabaran atau isi yang dapat meneraik anak dibawah umur. Dapatkah anda katakan bahwa semua acara yang disponsori Phillip Morris di Indonesia mengikuti petunjuk ini?”

“Saya tidak tahu tenatang semua acara, tapi saya tahu petunjuk kami untuk acara-acara tersebut. Asas kami diseluruh dunia adalah untuk tidak memasarkan pada anak kecil dan itu termasuk pertunjukan musik. Kaena itu kita mencoba untuk memastikan bahwa acara-acara tersebut hanya terbatas untuk orang dewasa.”

Itu seperti pernyataan yang meragukan kalau kita lihat pada salah satu usaha pemasaran perusahaan tersebut adalah acara televis berjudul “ A Mild Live”. Acara itu adalah American idol versi indonesia. Setiap minggu rock band amatir bertanding dengan yang lain untuk dinamakan band baru terbeken di Indonesia. 



Show ini bukan hanya dihadiri oleh ribuan penggemar muda. Tapi yang lebih penting dari sudut pandang pemasaran, acara ini ditonton oleh jutaan penonton di siaran Tv nasional. Semua dengan A-Mild brand selalu ditampilkan dilayar.

“kalau kita melewati jalan, kita dapat melihat papan iklan dimana-mana. Satu brand menonjol, dan itu adalah A-Mild milik Sampoerna dengan moto mereka “Go Ahead”. Apakah anda mengerti artinya?”





“saya tidak tahu. Tapi saya bisa mencari tahu kalu anda mau”

Tanggaban pertama saya adalah: silahkan, ambil saja sebatang rokok.


bersambung... (4)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar