Pict: anneahira.com |
Terus terang dari kecil sampai masuk kuliah saya belum pernah “bersahabat” dengan pete. Daerah kelahiran saya, Bojonegoro, sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur, sangat sulit menemukan teman yang namanya pete, bahkan bisa dibilang tidak ada.
Lepas dari SMP, saya melanjutkan sekolah di STM PL Cirebon, dan tinggal di Asrama Sekolah. Disini mulai belajar bergaul multicultural, mulai dari teman Jawa Cirebon, Brebes, Tegal, Indramayu sampai dengan teman dari Majalengka, Kuningan, Sumedang bahkan Garut. Bukan hanya bahasa yang berbeda namun urusan kuliner juga beda. Teman sekamar asli Majalengka setiap selesai pulang kampung pasti bawaannya masakan pete dan jengkol. Dan jawaban saya selalu sama setiap ditawari, “ga ah terima kasih, bau”.
Lepas dari SMP, saya melanjutkan sekolah di STM PL Cirebon, dan tinggal di Asrama Sekolah. Disini mulai belajar bergaul multicultural, mulai dari teman Jawa Cirebon, Brebes, Tegal, Indramayu sampai dengan teman dari Majalengka, Kuningan, Sumedang bahkan Garut. Bukan hanya bahasa yang berbeda namun urusan kuliner juga beda. Teman sekamar asli Majalengka setiap selesai pulang kampung pasti bawaannya masakan pete dan jengkol. Dan jawaban saya selalu sama setiap ditawari, “ga ah terima kasih, bau”.